Perkembangan singkat Aksara Kawi

14.43 Add Comment
Perkembangan singkat Aksara Kawi
dokumen beraksara kawi via merajutindonesia.id

Aksara merupakan sebuah sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan simbol atau keseluruhan sistem tulisan, misalnya aksara latin, aksara arab, aksara sunda, dan lain-lain. 

terkait dengan keberaksaraan, setiap tanggal 8 September ditetapkan sebagai Hari Aksara internasional (HAI). HAI seringkali disebut hari literasi internasional dan hari melek huruf internasional. penerapan Hari ini diinisiasi oleh UNESCO.

Aksara tertua yang berkembang di Nusantara turunan dari aksara Brahmi di India kemudian berkembang menjadi aksara Pallawa di Asia tenggara dan Asia Selatan antara abad ke-6 hingga abad 8. kemudian berkembang lagi menjadi Aksara Kawi yang di klaim digunakan sepanjang periode Hindu - Buddha Indonesia pada abad ke-8 hingga 15.

Aksara kawi umum ditemukan dalam bentuk prasasti batu dan lempeng logam. tulisan kawi ditulis menggunakan media lontar, yakni daun palem tal yang disebut juga palem siwalan. Lembar lontar memiliki bentuk persegi panjang dengan lebar sekitar 2,8 hingga 4 cm dan panjang yang bervariasi antara 20 hingga 80 cm. Tiap lembar lontar hanya dapat memuat beberapa baris tulisan, umumnya sekitar empat baris, yang digurat dalam posisi horizontal dengan pisau kecil kemudian dihitamkan dengan jelaga untuk meningkatkan keterbacaan. Media ini memiliki rekam jejak penggunaan yang panjang di seantero Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Diskusi Publik "Geliat Teater Kampus"

15.33 Add Comment
Geliat Teater Kampus | dok. pribadi

"Sebelum masuk ke pembahasan pemerintahan, saya ingin bertanya kepada teman-teman teater kampus", ujar bang opik selaku pemandu jalannya diskusi ketika membuka obrolan di tengah keramaian yang baru saja dimulai. 

Cukup ramai malam itu, malam minggu 9 april 2022 di Cafe Bawah pohon. dihadiri oleh beberapa kelompok teater kampus mulai dari Teater Putih Unram, Sasentra (Muhammadiyah Mataram), Sendratasik (UNU NTB) tunggu, "Sendratasik bukan termasuk teater kampus ?" tanya saya dalam benak. soalnya sendratasik merupakan fakultas yang khusus belajar seni drama, tari dan musik. konsep ini mirip seperti kampus teater. mungkin pandangan saya, diskusi ini akan menghadirkan problematika yang mampu di berikan solusi oleh temen-temen sendratasik. 

Kemudian dihadiri juga oleh warung seni Unram, komunitas teater independen seperti Sfnlabs, overact, dan sebagainya. bahkan mulai dari pemerhati sampai penggiat. dan saya sebagai random yang mengaku penikmat pun hadir malam itu.

"Permisi bang, boleh gabung ?" tanya seorang mahasiswa UNU NTB. "oh boleh", saya jawab dengan singkat.

"Abang dari mana ? masih kuliah atau sudah kerja ?" tanyanya lagi dengan ramah

"Saya dari Random", jawab saya hampir kalang kabut. sebab saya baru ingat, saya hadir di tengah kerumunan anak teater. saya mau bilang dari teater tereng STM, sudah lama sekali saya tidak ikut kegiatan temen-temen. saya mau bilang teater Bellbaba, sudah lama pula saya terusir dari kampus yang otomatis saya terusir juga secara kelembagaan dengan komunitas teater saya di malang.

Setelah teman-teman menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh bang Opi selaku pemandu, giliran om Majas Pribadi yang dilempari pertanyaan sekaligus mic. om pri mulai dengan bercerita tentang kesejarahan teater kampus sejak jaman suharto. jadi tak jarang saya mendengar nama pak Soeharto disebut-sebut di diskusi itu. bahkan jauh sebelum itu jaman PKI membentuk Lekra. 

geliat teater kampus | Dok. Pribadi

Di Era pak Soeharto tentu teater sangat ditakuti dan disoroti oleh pemerintahan. sebab dari teater aspirasi dan kritik pemerintah begitu terasa. bahkan demonstrasi 98 pelengseran orde lama di inisiasi oleh sebuah pertunjukan teater. 

Kemudian, mas azka kalau tidak salah narasumber yang hadir juga menemani om pri. mulai mempertanyakan tentang geliat teater kampus dari sudut pandang orang-orang yang besar melalui proses teater kampus khususnya untuk wilayah NTB. kemudian mbak Dila dosen di UNU NTB menyinggung kiprah Max Arifin yang kemudian Gilang Ramadhan ikut menyinggung pula kiprah Adi Prana Jaya selaku orang besar sekaligus pendiri Teater Putih.

Selanjutnya ada kang jabo juga yang mencoba memberikan pandangan terkait kemana ranah diskusi ini harus mengarah. hingga tambahan dari beberapa pegiat Teater mempertanyakan tentang batasan yang membatasi ruang ekspresi teman-teman kampus untuk berteater.

Saya cukup tertarik dengan bahasan diskusi malam itu, sebab seolah saya di tarik kembali ke masa-masa teater adalah jalan hidup menemukan jati diri bagi saya. saya tertarik dengan ungkapan om pri yang mengatakan, "teater kampus mau merespon harga minyak goreng kayak gimana ? teater kampus harus mampu menjawab isu-isu masyarakat".

Bagi saya, teater adalah alat. dan teater kampus adalah wadah. bagaimana bisa alat di gunakan dengan baik apabila orang-orang yang terlibat dalam wadah tidak memahami fungsinya. problematika temen-temen teater kampus saya rasa lebih kepada beban fikiran dan tanggung jawab yang kurang jelas dari generasi sebelumnya. kurang pemetaan tugas dan fungsi yang secara luwes yang menjelaskan dirinya. 

Selain itu, karena teater di mataram tumbuh dalam iklim kompetisi, sehingga mempengaruhi ruang gerak mereka sebatas perhelatan dunia lomba-lomba saja. mungkin ada forum komunikasi tapi komunikasi yang dilakukan mungkin belum mampu menjawab pertanyaan sehingga menimbulkan pertanyaan lain pada malam itu.

Sebetulnya ada banyak cara untuk menggeliatkan teater kampus bahkan menggerakan teater se kota mataram bahkan se NTB. hanya saja kalau sudah menggeliat kita mau apa ?. bagi saya, pelaku teater memiliki tugas mulia dimana mereka adalah sosok penyampai berita. bukan pewarta. posisinya lebih tinggi dari itu sebab tanggung jawabnya lebih serius dari pada seorang jurnalis.

Akan sangat sia-sia, saya rasa apabila seorang pelaku teater tidak mampu mengusik terlebih mengubah suatu wilayah dengan informasi-informasi yang di sampaikannya melalu seni pertunjukannya.

Untuk itu, perlu lah di bangun event seperti Temu Teman Teater Nasional dengan ranah lokal. karena kalau kita bergerak sendiri-sendiri tidak akan cukup mampu merubah perubahan besar. - rm

Diskusi Publik, Pawang Hujan, penentuan hilal dan usaha BMKG

13.57 Add Comment


Suasana Khidmat Diskusi Publik | Dok. Pribadi

Pojok ruang, kini mewadahi kami para penuntut kebenaran sekalipun masih abu-abu. sebuah organisasi Galaxy membuat event menarik untuk di hadiri pada tanggal 1 April 2022 lalu. dengan tema yang tidak jauh dari literatur ke Falakiyahan yang di padukan dengan budaya dan moment viral yang saya tangkap menjadi tema pawang hujan, penentuan hilal dan usaha BMKG. kenapa demikian ?, saya lupa soal flyer yang di share oleh teman-teman saya melalu story masing-masing di akun sosial medianya. saya hanya mengingat tanggal dan lokasi acara yaitu di Cafe Bawah Pohon jl. Panji Tilar.

Selain itu, kegiatan ini di moderatori oleh ketua Galaxy sendiri yang saya sendiri melewati sesi perkenalannya. kemudian di narasumberi oleh orang-orang yang berkompeten dalam bahasannya. diantaranya ; Kepala BMKG Kota Mataram, Sekertaris Jurusan Ilmu Falak Universitas UIN Mataram dan Dosen sekaligus Budayawan Universitas Mataram. penjelasan ketiga berkaitan dengan tema yang saya rangkum cukup dapat di pahami dan di mengerti bagi orang awam seperti saya. walopun terkesan lebih banyak ghibah tentang mbak-mbak kehujanan yang viral waktu itu di lintasan sirkuit mandalika dengan mangkok kuningan yang di bawanya.

narasumber menjelaskan dengan antusias | Dok. Pribadi

Kepala BMKG menjelaskan terkait dengan Usaha yang di lakukan oleh BMKG untuk memantau kondisi cuaca serta usaha untuk menginformasikan segala hal yang berkaitan dengan peran dan fungsinya secara cepat, tepat dan akurat. beberapa poin di jelaskan berkaitan dengan kegempaan serta kerja sama dalam hal memodifikasi cuaca yang tentunya berkaitan dengan hujan.

Di sesi berikutnya bapak sekertaris jurusan ilmu Falak menjelaskan tentang proses penentuan hilal lengkap dengan perbedaan metode dan paham yang ada di Indonesia khususnya pemerintah dengan Muhamadiyah dan beberapa organisasi keislaman lainnya. perbedaannya cukup lumrah dan wajar sebab ada hal-hal yang menguati opsi yang di lakukan masing-masing. kemudian beliau sedikit menyinggung kerja sama antara BMKG dengan organisasi Galaxy bahkan bagi instansi yang melakukan pemantauan hendaknya bekerja sama untuk berbagi informasi terkait prediksi cuaca yang memungkinkan terjadi serta kondisi langit pada saat akan melakukan pemantauan hilal, baik saat masuk Ramadhan maupun memasuki bulan-bulan hijriyah berikutnya. kemudian dilanjutkan dengan pemateri terakhir yang memulai dengan beberapa kisah cerita yang diangkat dari pengalamannya melakukan perjalanan penelitian sekaligus mengkaji tradisi. dari beberapa kisah yang disampaikan, beliau menekankan bahwasanya tidak ada pawang hujan yang mengakui dirinya pawang. selain itu, orang yang mampu menggeser hujan adalah orang yang cukup dekat dengan pencipta dan orang yang dekat adalah orang yang suci dan bersih hatinya. lantas apakah mbak-mbak yang kehujanan kemarin adalah benar-benar pawang ? atau hanya alat untuk marketing semata.

Selanjutnya dapat di simpulkan bahwasanya, setiap pendekatan yang dilakukan sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing untuk menemukan informasi bahkan merubah atau memodifikasi cuaca tentang langit dengan tujuan baik ialah bentuk komunikasi yang baik dengan alam.

sesi foto bersama para Narasumber | Dok. Pribadi

Sayangnya waktu terasa singkat dan topik pembahasan tidak cukup untuk di sudahi rasanya. pertanyaan yang cukup sengit membuat suasana malam itu menjadi makin menarik. dan malam itu kian terasa khidmat dengan closing statement yang di Sampaikan Drs. H. L. Agus Fathurrahman berkaitan dengan penjelasan tentang komunikasi, yakni bahasa yang di gunakan untuk mempermudah lawan bicaranya memahami pesan yang disampaikan. - rm

Waktu sebagai media transportasi mengantarkan seseorang pada tujuannya

14.26 Add Comment
Waktu sebagai media transportasi mengantarkan seseorang pada tujuannya


via kompas.com

Tujuh belas tahun berlalu begitu cepat. seorang anak dengan kemampuan berbahasa minim itu kini tumbuh dengan baik. tak lagi memikirkan kata untuk menyusun sebuah kalimat yang menggambarkan sesuatu untuk diungkapkan dengan tepat.

tujuh tahun terakhir membuat yogi belajar banyak dari pengalaman, serta dari pendidik yang mengarahkannya. segala upaya baik pun buruk di kemasnya dalam ranselnya sebagai bekal untuk menentukan pilihan dalam mengambil keputusan untuk menghindari keputus asaan. 

ia berhasil melewatinya dengan baik. namun prosesnya tidak benar baik-baik saja, sebaik hasil akhir tujuannya. namun tujuan panjang tidak pernah selesai untuk diakhiri.

ia belajar untuk bertahan dari ketidak pahaman. ia menelusuri jalan filsafat untuk menemukan dirinya dan keberadaannya. sebab tempat bisa berarti apa saja yang menjadi awal mula sebuah pergerakan.

disisi lain, yogi juga belajar tentang bahasa. ia mengumpulkan kata dari kamus besar yang ia catat dan kemudian dimasukan kedalam tasnya sebagai bekal 17 tahun pencapaiannya. ia mulai mampu sedikit demi sedikit menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang tidak menyesatkan.

namun, ia tetap saja tersesat dalam kebimbangan. terlebih bimbang dalam hal mendefinisikan sesuatu. seperti yang kebanyakan orang lain pahami. definisi bisa bermakna lain dari yang ingin disampaikan. sehingga dalam tulisan ilmiah biasanya di perlukan definisi operasional untuk memframing makna kata agar lebih mudah untuk dipahami. 

kesimpulan sementara, setiap orang tidak membutuhkan penjelasan panjang. Namun yang dibutuhkan adalah pandangan yang seirama dalam memahami apapun. tidak perduli langkah apa yang diambil masing-masing setelah paham duduk masalahnya.

sebab solusi selalu ada dalam setiap permasalahan yang tentunya setiap orang punya itu. namun siapa yang sampai lebih dahulu menjadi pertimbangan Tuhan untuk menghendakinya.

Yogi mungkin sudah sampai pada tempatnya yang membuatnya kembali beranjak ke tempat lain dan mengulang kembali masa tujuh belas tahunnya. 

Seperti kisah nabi dan para umatnya yang terus menelusir waktu yang mana di setiap fasenya memiliki tugas masing-masing yang kemudian akan di lanjutkan oleh nabi berikutnya dengan umat selanjutnya.

Yuk Sri dan Kue Cementnya

15.25 Add Comment
Yuk Sri dan Kue Cementnya
via lovepik.com

Sebut saja Yuk Sri, seorang pedagang kue keliling yang suka sekali berdagang di daerah pelosok khususnya daerah dengan kelembaban tanah yang cukup tinggi serta memiliki mata air. meskipun demikian, Yuk Sri merupakan salah seorang tenaga kerja asing wanita yang merantau ke negeri paman Broto. 

Ia menjajakan kue cement, dagangannya ini diibaratkan seperti kegiatan sepiritual atau dengan bahasa kita yang awam biasa disebut seperti kegiatan keagamaan. caranya berdagang sama saja seperti cara orang beribadah pada umumnya. semisal, ketika salah satu penganut agama tertentu yang melaksanakan ibadah dengan cara berbaring dan meletakan beberapa helai daun kelor di keningnya serta melafalkan kalimat-kalimat yang sukar di pahami oleh penganut agama lain. 

begitupun Yuk Sri, ia menjajakan kue cement mulai dari ibu kota dan berakhir di tengah hutan. di tengah hutan pedalaman Yuk Sri mulai membangun Mall tempat ia menjajakan kuenya yang seolah Yuk sri sedang melakukan kegiatan peribadatan. aktifitas yuk sri ini membuat orang-orang dari negeri paman Broto mulai geram. karena aktifitasnya merubah struktur yang menenggelamkan identitas komunitas setempat.

"jika ingin berdagang, berdagang saja yang benar. jika ingin membangun, bangunlah bangunan yang benar"ujar salah seorang kepada Yuk Sri. alih-alih mengusir atau menangkap Yuk Sri karena aktifitasnya, mereka hanya bisa berdiskusi dan meneriaki Yuk Sri di tempat mereka berdiri. mereka merasa Yuk Sri seolah-olah menjadi penjajah baru di negeri Paman Broto. bukan berdalih merampas kekayaan alam disana. melainkan menjajah dengan menghilangkan identitas komunitas yang ada di negeri paman Broto.

Mereka takut serta khawatir, orang lain tidak akan mengenali mereka karena Mall yang di bangun Yuk Sri. mereka akan mengenal daerah itu merupakan daerah kekuasaan negeri Yuk Sri. namun pemerintah setempat justeru senang dan melindungi Yuk Sri dari ujaran kebencian para masyarakat setempat.

Namun, kekhawatiran dan peristiwa ini membuat mereka semakin sadar betapa pentingnya melestarikan keyakinan. agar tidak mudah terseret dan terjerembab ke dalam kue-kue cement buatan Yuk Sri. dan mereka lebih banyak berdialog dan membangun kedetakan satu sama lainnya. "seperti agama, kita dan Yuk Sri memiliki tata cara yang berbeda namun konsisten. namun dalam balutan identitas kebudayaan tentu kita bisa bersama-sama dan konsisten" ujar salah seorang tetua.

Yuk Sri mulai sadar akan perbuatannya. ia mulai membangun kembali mall di tengah hutan dengan struktur yang mendukung perkembangan serta ekosistem di hutan dengan aktifitas menjajakan kue cement yang lebih lembut dan menyelaras dengan alam.

Meskipun Yuk Sri bukan asli orang dari negeri Paman Broto, setidaknya ia harus melebur dengan cara hidup masyarakat setempat. Mungkin sejak zaman dahulu salah seorang dari masyarakat setempat juga seorang pendatang dan bukan masyarakat asli setempat. namun waktu kedatangannya sudah sangat tepat yang kemudian membuatnya memiliki kartu bukti menduduki wilayah setempat.

Yuk sri menggambarkan seperti orang kota dengan egosentrinya yang ingin merubah struktur kehidupan hutan sebagai penopang alam menjadi penopang keyakinan dan merubah bentuk kerja wilayah menjadi aktivitas rumit. 

Dengan kata lain, orang pemikiran desa yang dikemas dengan tampilan kota. jika setereotype ini berpandangan selalu melihat orang dari desa dengan pemikiran yang lebih kolot dan keterbelakangan. nyatanya, justeru di desa orang lebih cenderung berfikiran maju sehingga setereotype ini patut di abaikan. 

Semoga Yuk Sri dapat melebur dan membaur dengan tata cara hidup wilayah setempat. seperti ada sebuah kisah tentang seseorang yang dianggap orang setempat dengan logat dan bahasa tubuhnya yang hampir sama dengan apa yang berkembang di wilayah tersebut. sehingga sudah semestinya keyakinan tidak mempengaruhi tata cara hidup dengan signifikan. 

Jika agama adalah prinsip dasar yang di ibaratkan sifat dasar manusiawi seperti lapar, maka budaya bisa menjelma tata cara untuk memenuhi rasa lapar.